(Cerpen) Bukan Mimpi Biasa

(Cerpen) Bukan Mimpi Biasa

“ma, kok kita sekarang jadi miskin sih, kenapa kita harus pindah di tempat yang kumuh seperti ini?” tanya seorang anak laki laki kepada ibunya, “kita sekarang sudah tidak punya apa apa lagi nak, kamu sudah tidah bisa mengeluh lagi, ayah sudah bangkrut dan memiliki hutang yang sangat banyak pada BANK, kita sudah tidak mampu lagi melunasinya”

ucap seorang perempuan paruh baya, mencoba menejaskan ke anaknya agar anaknya mau menerima kenyataan bahwa hidup mereka sudah tidah seperti dulu lagi,

“tapi kenapa kita harus tinggal di rumah kumuh seperti ini, kan kalau rumah di sita kita bisa tinggal di apertemen” protes anak laki laki tersebut seolah olah ia tidak mau jika harus tinggal di rumah kecil yang ada di desa,

“apartemen kita sudah tidak mampu lagi nak, bagaimana mungkin kita tinggal di apartemen kan kita sudah bangkrut” ucap perempuan itu kepada anaknya,

“maafkan ayah nak, ini semua salah ayah karena ayah kalian semua jadi seperti ini” ucap seorang ayah kepada anak tersebut.

masih tidak bisa menerima kenyataan, anak tersebut pun berkata bahwa ia benci kepada ayahnya, sebab ayahnya sudah menghancurkan masa depannya, sekarang anak tersebut berkata bahwa ia sudah tidak memiliki masa depan lagi, ia juga sudah tidak mau bersekolah di sekolah lamanya karena ia merasa malu jika teman temannya mengetahui bahwa ia sudah jatuh miskin, mendengar pernyataan dari anaknya, ayah tersebut menangis karena ia sudah merasa gagal dan sekarang ia bukan hanya gagal menjadi bos bahkan menjadi kepala keluarga  pun ia sudah gagal, sedangkan wanita paruh baya yang tak lain adalah istrinya pun berusaha untuk menenangkan suaminya karena ia mengetahui betul bahwa kini suaminya sudah sanagt stress dan sedih bahkan di tambah dengan kebangkrutan yang mereka alami, beruntungnya ia memiliki istri yang pengertian sehingga tidak meninggalkan nya dikalah ia sedang merasa kesusahan meskipun anaknya masih tidak menerima keadaan yang sudah terjadi kepada dirinya.

Sewaktu pagi, sang anak pun bangun dari tidurnya, ia berharap bahwa semua yang ia alami kemarin adalah hanya mimpi namun sialnya semuanya memang sebuah kenyataan, nampak ia sudah terbangun dari kasur yang kecil yang sangat jauh berbeda dari kasur yang ada di rumah nya yang dulu yang sangat mewah, lagi dan lagi laki laki tersebut merasa tidak terima dengan apa yang di dapatkannya sehingga ia terus terusan marah marah sepanjang hari, mama nya yang mendengar amarah dari anaknya pun berusaha untuk menenangkan anaknya, namun ia tak kunjung tenang dan bahkan anak tersebut tidak ingin sekolah, ia bahkan hari ini bolos sekolah karena ia merasa malu dan tidak sanggup menghadapi temannya kalau temannya tahu apa yang sudah terjadi kepada dirinya maka teman temannya akan mengejeknya bahkan tentu saja teman temannya menjauhi dirinya karena mereka hanya mau berteman dengan sesama orang kaya saja, namun mama nya dengan sabar menasehati anaknya, mama nya berkata

“kalau misalnya mereka memang sahabat sejati, tentu saja mereka akan menerima mu dalam keadaan apapun, mereka juga tidak peduli jika kamu sudah jatuh miskin, tapi kalau mereka bukan sahabat yang baik, tentu saja mereka tidak mau berteman dengan mu ketika mereka mengetahui keadaan kamu yang sebenarnya dan kamu tidak perlu merasa kehilangan atas teman palsu”

mama nya menasehati anaknya dengan sangat hati hati, namun anak tersebut hanya berkata, “mama kalau tidak tahu apa yang ku jalani dan tidak pernah berada di posisi ku jangan banyak bacot deh” ucap anak tersebut dengan sangat kasar kepada mama nya sembari membanting pintu kamarnya dan ia pun masuk ke dalam kamarnya dan mengurung diri disana sembari meratapi nasibnya.

Arya Atmatjaja adalah nama anak laki laki tersebut, anak yang sedari dulu sangat manja, karena ia mempunyai semuanya ia selalu menjadi anak yang keras kepala dan semua yang ia inginkan harus terpenuhi, jika tidak dia akan marah kepada kedua orang tuanya, selain itu Arya juga lahir menjadi anak yang angkuh dan sombong sehingga ia tidak mau bergaul dengan orang orang biasa, ia hanya ingin berteman dengan orang orang yang sepadan dengan dirinya selain itu dia juga sangat boros, ia selalu membeli barang yang tidak penting dan selalu menghambur hamburkan uangnya.

Arya juga bersekolah di sekolah Elite sehingga kebutuhan sosialnya juga terus meningkat, namun kali ini ia harus siap dengan hidupnya yang sudah tidak seperti dulu lagi, ia juga harus terima dengan situasi dan kondisi yang ia hadapi sekarang karena mungkin ini adalah ujian yang di berikan oleh Tuhan, namun Arya masih terus menyalahkan orang tuanya dan menganggap bahwa ayahnya tidak bertanggung jawab.

Sementara di sisi lain, ayah Arya diam diam sedang menangis di kamarnya, ia sendiri tidak menyangka bahwa keluarganya sekarang sehancur ini, ia juga merasa menyesal karena sudah gegabah dalam mengambil keputusan, andai waktu itu ia tidak meminjam uang ke BANK dengan harapan agar bisnisnya bisa mengalami perkembangan maka ia tidak mungkin menjadi sepeperti sekarang, di tengah tengah kesedihannya itu datanglah istrinya yang memberikan semangat kepadanya dan menemaninya.

“apa yang sedang kamu pikirkan mas? Dan apa yang kau tangisi?” tanya istrinya kepada dirinya

“aku merasa gagal, aku merasa gagal menjadi suami yang baik apalagi ayah yang baik” ucap nya dengan tangisannya,

“aku selalu menganggap bahwa kamu adalah laki laki yang terbaik, masalah ini mungkin adalah cobaan untuk kita agar kita kedepannya bisa memperbaiki diri kita menjadi lebih baik, aku akan selalu bersama kamu, kita pasti akan bisa hadapi masalah ini bersama sama, sekarang masalahnya Arya sudah tidak mau sekolah lagi, apa yang harus kita lakukan mas, aku bingung sudah dari tadi aku berusaha untuk membujuk dirinya namun sepertinya ia masih berkeras diri” ucap istrinya,

“aku juga tidak tahu sekarang apa yang harus kita lakukan agar ia bersemangat kembali, selain itu aku juga tidak sanggup lagi membiayai ia bersekolah disana karena biayanya sangat mahal tapi ia sudah SMA sangat sayang kalau dia berhenti sekolah” ucapnya dengan nada lesu,

“satu satu nya jalan adalah dengan menyuruh  Arya pindah sekolah, ke sekolah negeri yang ada di sekitar sini” ucap istrinya,

“Arya orangnya sangat gengsian, apakah dia akan mau untuk bersekolah di sekolah biasa?” tanya suaminya dengan nada pesimis, karena memang pada kenyataaanya Arya adalah anak yang keras kepala dan sangat gengsi,

“aku akan coba bujuk dia, aku yakin dia anak yang baik dan dia mau mengerti tentang situasi kita kali ini” ucap istirnya dengan kalimat penenang, akhirnya suaminya pun memeluk istrinya, ia merasa sangat bersyukur karena ia memiliki istri yang begitu pengertian kepada dirinya.

“Arya, kayaknya mama dan ayah udah ga bisa nyekolahin kamu di sekolah yang lama, untuk sementara kamu kuliah di sekolah negeri untuk sementara waktu gapapa ya” ucap mama Arya yang mencoba membujuk anaknya itu agar anaknya mau menerima keadaan mereka,

“ga usah sekolah juga gapapa ma, kan tanggung sekarang kita udah miskin jadi Arya juga udah ga butuh sekolah lagi, ga guna” ucap Arya dengan nada tingginya, Arya berani melawan mamanya sendiri,

“kalau seperti itu berarti nanti kamu malah makin di rendahin orang dong nak, masa udah miskin terus ga sekolah lagi, nanti ga ada cewek yang mau sama kamu” ucap mama nya berusaha agar ia tetap mau sekolah,

“ya gapapa ma, bagus dong kan semuanya salah ayah, coba kalau ayah ga bangkrut kita kan ga mungkin seperti sekarang” ucap Arya dengan nada penuh amarah,

“tapi nak, kan semuanya sudah rencana tuhan, kita tidak bisa apa apa nak, kita hanya bisa berusaha dan berdoa, coba sekarang Arya berdoa ya, siapa tau dengan doa Arya, ayah bisa kembali seperti dulu”

ucap mama Arya masih mencoba untuk menasehati anaknya dengan tenang,

“ga mau aah ngapain, lagian jaman sekarang kok percaya sama tuhan, aneh” ucap Arya,

akhirnya Arya memutuskan untuk kembali ke kamarnya, mama Arya tentu saja merasa sedih karena anaknya telah jauh dari Tuhan dan menjadi anak yang pembangkan tapi mama nya percaya jika suatu hari nanti Arya akan berubah menjadi orang yang lebih baik, mungkin Arya hanya sedang merasakan sedih dan depresi saja karena keadaan mereka sudah tidak seperti dulu lagi.

Akhirnya, mama Arya berhasil membujuknya, kini ia pun bersedia sekolah di SMA negeri yang tak jauh dari kediamannya, sementara ayah Arya kini berprofesi sebagai tukang angkot, ya hanya itu yang bisa ia kerjakan karena ayahnya sudah tidak punya pilihan lain, sedangkan mama Arya sendiri rela bekerja serabutan seperti tukang masak atau ia juga sering menjual kue keliling demi mencukupi kehidupan mereka.

Padahal dulu keluarga mereka jauh dari kata susah, bahkan makan di pinggir jalan pun sepertinya hampir sudah tidak pernah, tapi takdir berkata lain, mereka menguji keluarga Arya.

“perkenalkan Saya Arya, murid pindahaan, semoga kita bisa berteman baik” ucap Arya kepada teman temannya di kelas.

Arya nampak dengan wajah lesu dan wajah malas berada di sekolahnya, sekolah yang biasa saja bahkan sangat kumuh namun mau tidak mau Arya sudah tidak punya pilihan lagi.

Para siswi yang berada di kelas itu nampak memperhatikan Arya dengan wajah yang ceria, mereka mengagumi Arya karena pada dasarnya Arya memang memiliki wajah yang tampan dan juga berkharismatik, di sekolah dulu saja ia menjadi primadona dan sangat populer apalagi di sekolahnya yang sekarang tentu saja tidak ada apa apanya bagi Arya.

Jam pelajaran telah selesai, para Siswi dengan sangat genit mencoba untuk mendekati Arya namun bukannya merasa senang Arya justru merasa jijik kepada mereka namun mau tidak mau Arya harus berpura pura tersenyum dan menerima mereka menjadi teman Arya karena memang Arya sudah tidak memiliki teman lagi, Para siswi yang melihat Arya sangat ramah itu pun semakin gencar mendekati Arya sedangkan Arya sendiri merasa risih.

Beberapa bulan berlalu, Arya nampak dengan wajah malasnya selalu datang ke sekolah, meskipun kini ia sudah sedikit menerima keadaannya namun tetap saja Arya tidak begitu suka dengan kehidupannya sekarang, bahkan ketika berada di sekolah  Arya lebih banyak memilih untuk diam di kelas karena ia tidak ingin bermain dengan siapa siapa.

Sementara di sisi lain banyak sekali para murid yang mengajak Arya untuk berteman baik tapi Arya hanya tersenyum dan ia pun selalu menolak ajakan temannya untuk bermain bersama.

Pada dasarnya teman teman kelas Arya lebih baik yang sekarang di bandingkan teman temannya di sekolah yang lama, sebab teman Arya yang mengetahui tentang pekerjaan Ayah Arya pun mereka masih bisa menerima Arya menjadi temannya dan mengajak Arya untuk bermain bersama, hanya saja Arya sendiri yang belum bisa berdamai dengan keadaanya.

Mama Arya sendiri kini akhirnya memutuskan untuk berjualan nasi uduk serta aneka kue di depan rumahnya, penghasilannya pun cukup untuk mereka makan meskipun tidak seperti dulu namun mama Arya merasa bersyukur bahwa mereka bisa hidup aman di hari ini.

Jika dulu hidup aman bagi mama Arya adalah tentang bagaimana bisa shoping tanpa mengenal waktu kini hal itu sudah berbeda, bagi mama Arya hidup aman di hari hari ada tentang bagaimana mereka bisa makan dengan cukup, hal itu sudah menjadi hal baik bagi mereka.

Meskipun Arya masih tidak terima dengan keadaan mereka sejujurnya ia juga anak yang memiliki hati, ia tidak tega melihat kedua orang tua nya bekerja dengan sangat keras, akhirnya Arya pun berusaha untuk menurunkan egonya, ia mulai membantu ibunya untuk berjualan di depan rumahnya sewaktu ia pulang sekolah, meskipun sebenarnya ia merasa tidak suka namun mau tidak mau ia tidak memiliki pilihan lagi.

Sedangkan untuk berteman dengan para siswa yang ada di sekolah, Arya belum bisa karena ia masih merasa gengsi, ia lebih memilih untuk di rumah saja di saat teman temannya mengajaknya untuk bermain bola atau hanya sekedar berkumpul bersama,

“gimana sekolah mu nak?” tanya ayah Arya sewaktu ia pulang ke rumah untuk makan siang,

“ya ga gimana gimana, kayak biasanya yah” ucap Arya dengan singkat,

“tapi kamu belajar dengan baik kan” tanya ayah Arya lagi,

“ya gitulah belajar ga belajar kalau di sekolah kampung itu sama aja” ucap Arya yang meremehkan sekolahnya yang sekarang,

“ga boleh kayak gitu nak, setiap sekolah sama saja, mereka mengajarkan ilmu kepada kamu, meski caranya beda atau materinya beda tetap saja ilmu itu penting” ucap ayah Arya kepada putra satu satunya itu.

“ayah juga bependidikan, lulusan master di luar negeri, kok sekarang malah jadi supir angkot” ucap Arya meremehkan ayahnya.

Seketika ayah Arya merasa sedih karena di hina oleh anak nya sendiri, namun ia mencoba memahami Arya karena memang omongan Arya sangat kasar tapi tidak dengan hatinya buktinya sekarang ia mau membantu mamanya untuk berjualan, padahal ia hampir setiap hari marah marah karena nasibnya menjadi seperti sekarang, Arya berkata seperti itu hanya karena emosi sesaat saja, tapi nanti ia akan kembali membaik.

Hari demi hari telah terlewati, kini Arya sudah mulai menerima hidupnya ia pun sudah tidak marah marah lagi kepada ayahnya, bahkan ia sudah meminta maaf karena selama ini telah menuntut banyak hal dari ayahnya padahal semua yang di lalui ayahnya sudah sangat berat sekali, jika ia berada di posisi ayahnya tentu saja ia tidak akan sanggup.

Kini Arya sendiri membantu mamanya dengan cara berjualan kue di sekolah, meskipun pada awalnya ia sangat malu karena ia tidak pernah berjualan tapi ia tidak memiliki pilihan lain, hanya itu cara yang bisa ia lakukan untuk membantu mamanya.

“kue, kuee, kueee” tawar Arya sewaktu ia berada di sekolah,

“kamu jualan kue sekarang?”tanya salah satu teman kelas Arya,

“iya nih aku jual kue, barangkali mau beli” ucap Arya mencoba untuk menawarkan kuenya kepada temannya.

karena merasa penasaran akan rasa kue yang di jual oleh Arya temannya pun membeli nya, hingga nampak nya teman teman Arya sangat menyukai kue yang di jual Arya hingga setiap hari nya ketika Arya berjualan kue, kuenya selalu laku keras, hal itu tentu saja membuat dirinya dan mama nya merasa senang karena setidaknya pemasukan mereka bertambah, tapi minus nya adalah mama Arya harus membuat kue lebih banyak lagi setiap harinya dan hal itu tentu saja membuat mama Arya harus bekerja lebih keras lagi, namun kini mamanya tidak mengalami kesulitan lagi sebab Arya dengan senang hati membantu mama nya untuk membuat kue, meskipun tidak banyak yang bisa ia lakukan tapi setidaknya ia meringankan pekerjaan mamanya.

“Nak, kamu tidak pergi main bareng temen kamu?” tanya mama Arya sewaktu Arya  libur sekolah,

“engga, kan Arya udah ga punya teman ma” ucap Arya kepada mamanya,

“tapi kan di kelas banyak teman kamu nak, mereka juga mama liat sering ngajakin kamu main” ucap mama Arya, ia merasa sedikit heran karena selama pindah sekolah anaknya tidak pernah ingin bermain bersama teman temannya,

“ga aah ma, beda selera, mereka main nya bola dll panas panasan kan Arya ga bisa kayak gitu” ucap Arya kepada mamanya,

“bukan ga bisa nak, tapi belum terbiasa, lagi pula kamu kan belum mencoba nya, nanti kalau kamu sudah mencoba nya pasti kamu akan ketagihan deh” ucap mama Arya.

Namun hal itu tidak membuat Arya yakin karena ia sendiri bukan tipe anak yang suka akan panas panasan.

“heemm itu kan menurut mama aja, bukan menurut Arya” ucap Arya membantah mamanya,

“kan mama bilang di coba dulu, kan kalau sudah terbiasa udah bisa, sama kayak kamu dulu, kamu kan awalnya ga terima dengan keadaan yang kita alami, kamu juga sempat benci sama ayah dan mama, tapi sekarang kamu sudah bisa menerima semuanya, kamu udah bisa berdamai dengan semuanya, itu artinya kamu bisa kan” ucap mama Arya mencoba untuk meyakinkan anaknya,

“heeem, iya iya, nanti kalau arya merasa bosan, Arya coba ya ma main sama mereka, tapi sekarang Arya bantu mama dulu ya ma, biar nanti ga begitu capek” ucap Arya kepada mama nya sembari membantu mamanya membuat adonan kue, hal itu tentu saja membuat mama Arya merasa terharu karena anaknya sudah mau membantu dirinya dan menerima keadaan mereka.

Arya selalu menikmati hari hari nya, ia bahkan kini tidak merasa terbebani sama sekali terhadap apa yang sudah ia jalani. Arya kembali berpikir dan merenung, jika dulu keluarga nya tidak di berikan ujian seperti ini maka Arya tidak mungkin bisa belajar banyak hal, belajar merendahkan ego, belajar bagaimana caranya menjadi anak yang baik dan ia belajar bahwa sesusah susah nya hidup yang ia jalani masih banyak orang yang lebih mengalami kesusahan sebab hal itu Arya lihat sendiri dengan mata kepalanya, jika dulu ayahnya tidak bangkrut dan mereka tidak tinggal di perkampungan yang kumuh, maka Arya tidak akan pernah menyaksikan betapa sulit nya hidup para petani yang tak kenal waktu selalu pergi ke sawah, bahkan di saat siang hari pun para petani masih sibuk dengan lahan nya, mungkin jika Arya di posisi itu maka ia tidak pernah sanggup melakukannya tapi para petani nampak sudah terbiasa, lebih tepatnya mereka tidak memiliki pilihan lagi. Arya kini bisa bersyukur akan hidup yang ia miliki, padahal dulu ia tekenal sebagai anak yang boros semua yang ia mau pasti akan ia beli atau ia dapatkan dan ia tidak pernah memikirkan bagaimana cara bertahan di hari esok namun kini Arya nampak sudah sedikit bijak dengan hidupnya.

“nak, mama mau kepasar, kamu mau ikut ga?” tanya mama Arya kepada Arya,

“ngapain ma?” tanya Arya,

“beli bahan kue nak, kan udah abis” jelas mama Arya,

“yaudah Arya ikut” ucap Arya yang akhirnya memutuskan untuk menemani mama nya.

Arya pergi ke pasar bukan karena ia benar benar ingin pergi kesana melainkan ia merasa kasihan kepada mama nya jika harus membawa barang belanjaan sendirian oleh sebab itu Arya memutuskan untuk ikut dengan keberadaannya bersama maama nya ia setidak nya bisa membantu mama nya untuk membawakan barangnya.

Sepanjang perjalanan Arya melihat orang orang yang bekerja di pasar, sebetul nya Arya sangat tidak betah berada di sana, karena pasar tersebut sangat kumuh dan bau tapi ia tidak ingin mengeluh di depan mama nya karena ia merasa tidak enak, sedangkan mama Arya nampak sudah terbiasa dengan suasan seperti itu.

Arya yang melihat mamanya pun merasa kasihan sebab selama ini ia tidak menyangka jika pekerjaan mama nya cukup sulit, karena pada awalnya Arya hanya berpikir jika mamanya hanya membuatkan kue di rumah saja, ternyata ketika membeli bahan kue pun mamanya harus menggunakan tenanga ekstra lagi. Arya kini paham, bahwa untuk mendapatkan uang tidak ada yang mudah, dengan kejadian ini ia mendapatkan satu pelajaran yang sangat beharga.

“ma, kenapa mama mau si bikin kue?, kenapa engga cari kerjaan lain aja?” tanya Arya kepada mamanya sewaktu mereka pulang dari pasar,

“mama kan ga bisa apa apa nak, mama Cuma bisa bikin kue itupun karena dulu mama pernah ikut kelas cooking” tutur mama Arya kepada anaknya,

“emang ga ada ya ma kerjaan yang lebih mudah dari ini? Jadi pegawai kantoran misalnya atau apa gitu” tanya Arya kepada mamanya,

“kan kalau pegawai kantoran harus di sana seharian dengan gaji yang tidak begitu besar, hal itu tentu tidak efisien untuk mama nak, yang terbaik memang dengan mama berjualan seperti ini” jelas mama Arya kepada Arya, kini Arya pun mengerti dan paham.

Sementara ketika berada di sekolah banyak sekali teman kelas Arya yang mencoba untuk mendekati Arya.

“ya, main yuk. Kamu kenapa ga mau main sama kita-kita si? Apa karena kita jahat ke kamu? Atau karena kita tidak asik?” tanya teman Arya dengan nada sendu karena  mereka bahwa Arya selalu menghindari mereka karena setiap kali mereka mengajak Arya untuk pergi main Arya selalu menolak ajakan mereka.

“bukan kok hehe, aku bukan engga mau temenan sama kalian atau aku ga suka kalian tapi karena aku memang perlu adapatasi aja, kalian semuanya orang baik kok, mungkin aku yang jahat, karena aku terlalu arogan dan aku merasa tidak suka dengan kalian, padahal kalian selalu baik ke aku” ucap Arya dengan nada bersalah karena ia selalu menolak ajakan temannya,

“engga kok ya, kamu baik kok, ga ada yang bilang kamu sombong, kita hanya merasa heran aja kenapa kamu tidak mau pergi main bersama kita padahal kita selalu mengajak kamu” ucap salah satu teman kelas Arya.

“bukan ga mau, tapi aku punya alasan sendiri kenapa aku menjadi seperti ini” jelas Arya kepada teman temannya, teman temannya pun dengan antusias mendengarkan Arya untuk bercerita lebih lanjut,

“kenapa ya?, cerita dong ke kami, anggap aja kami ini keluarga mu” ucap salah satu teman kelas Arya dengan bijak,

“ini bentar lagi mau masuk, nanti aja, jam istirahat ke 2 aku akan cerita ke kalian ya” ucap Arya mengingat jam istrihat sudah hampir berakhir, akhirnya teman teman Arya pun setuju dan mereka langsung kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

“jadi, aku dulu anak orang kaya, ayahku punya perusahaan dan ia seorang bos, ia juga cukup terkenal, kami hidup di perumahan yang elit dan jauh dari perkampungan, selain itu aku juga sekolah di sekolah Internasional terbaik dengan biaya yang mahal, teman teman ku di sana kalangan elit semua, kami kalau pulang sekolah pasti selalu nongkrong di mall atau di kafee atau kami biasanya main basket atau ps, tapi karena waktu terus berputar dan tuhan juga selalu punya rencana yang sangat ajaib untuk umatnya, akhirnya ayah ku usahanya makin menurun dan kami bangkrut, bangkrut total hingga tidak punya apa apa lagi, selain itu ayah juga ternyata selama ini hutang ke bank dan akhirnya karena tidak bisa melunasi hutangnya terpaksa rumah kami di sita, setelah itu kami memutuskan untuk pindah di kontrakan yang sekarang, kotrakan kecil yang kumuh. Awal nya aku marah, karena aku merasa bahwa semua ini tidak adil, aku juga marah besar kepada ayah ku bahkan dulu aku sempat benci kepada dirinya karena aku menganggap bahwa semua ini adalah salah dirinya dan dia sudah gagal menjadi kepala keluarga yang baik untuk aku dan mama, tapi ternyata ayah ku sendiri menyimpan rasa sakit yang sangat luar biasa, ia selama ini ternyata sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan kami, tapi ternyata Tuhan punya rencana, akhirnya setelah itu, setelah merenenungi hal ini sangat lama, aku sudah memahami kedua orang tuaku dan kini ayah ku bekerja sebagai supir angkot dan mama ku juga berjualan nasi uduk dan ku untuk menyambung hidup, awalnya aku merasa sangat malu dengan apa yang kami jalani, tapi akhir akhir ini aku menyadari bahwa di dalam kesengsaraan yang kami alami, ternyata masih banyak orang yang lebih sengsara daripada kami, aku seharusnya bersyukur” jelas Arya kepada teman temannya.

teman teman Arya pun nampak mendengarkan cerita Arya dengan serius dan mereka pun mengangguk ngangguk paham. 

“jadi sekarang, kalian mau temenan sama aku atau engga aku juga sudah tidak memaksa lagi, aku juga sadar diri siapa aku, Cuma anak supir angkot” ucap Arya pasrah kepada teman temannya, namun siapa sangka teman teman Arya kembali bercerita tentang hidup mereka.

“dengan alasan apa kami harus menjauhi kamu?, bahkan kami merasa bangga bahwa kami sudah memiliki teman yang ayah nya sudah pernah menjadi bos, ayah ku sendiri dari dulu hingga sekarang kerjanya di sawah, siang siang dia kesawah Cuma buat mendapatkan uang receh yang sebenarnya tidak cukup tapi dia tidak punya pilihan lagi, sedangkan ibu ku juga seorang buruh cuci baju, aku dari kecil hingga sekarang tidak pernah makan di restoran, jangan kan di restoran buat merasakan makan enak juga jarang, awalnya aku juga sama kayak kamu, dari kecil aku selalu mengutuki hidup ku, aku merasa bahwa tuhan tidak adil, tapi namanya hidup, meskipun kita tidak menyukainya ia terus berlalu, jadi aku sudah berusaha untuk menikmati semuanya dengan lapang dada, makanya aku selalu belajar dengan giat bukan karena ingin di cap sebagai anak ambis atau sebagainya tapi aku ingin agar kelak aku sendiri bisa merubah nasib keluarga ku menjadi lebih baik” ucap Susi yang merupakan anak yang paling pintar di kelas itu.

Akhirnya sesi bercerita pun terus berlanjut satu persatu dari mereka saling berbagi tentang cerita hidup mereka.

“Kalian mungkin tahu siapa aku, aku memang tidak merasakan hidup sesusah kalian, aku emang anak pak kades, tapi aku selalu hidup kesepian, aku sendiri tidak tahu bagaimana rasanya di peluk sama ibu, ibu ku sudah meninggal sejak aku kecil, aku sendiri tidak ingat wajah ibu ku seperti apa, bapak ku memang selalu memanjakan aku dan aku selalu hidup berkecukupan, tapi sebenarnya aku selalu merasa kesepian karena selain aku tidak memiliki ibu aku juga tidak memiliki saudara, jadi ketika dirumah aku selalu sendirian, aku bingung harus cerita kepada siapa kalau aku punya masalah, jadi anak yang tidak memiliki kasih sayang seorang ibu juga tidak enak rasanya” ucap Bagas,

“kalau aku, aku tinggal bersama nenek kakek ku, kedua orang tua ku bercerai, mereka meninggalkan ku sewaktu aku masih TK, mereka bahkan tidak sudi untuk melihat diriku, mereka selalu bilang bahwa aku adalah anak pemabawa sial, gara gara aku karir mama jadi hancur dan aku sendiri tidak pernah merasakan sama sekali ngobrol bersama mama papa. Aku sedih tapi nenek sama kakek selalu bilang bahwa tidak ada orang tua yang tidak sayang kepada anaknya mereka semuanya pasti sayang kepada anaknya, tapi aku sadar bahwa itu hanyalah kalimat penenang agar aku tidak merasa kecewa atau merasa sedih tapi aku kan sudah dewasa, sedikit banyaknya pasti aku sudah mengerti, akhirnya mau tidak mau aku harus menerima takdir tuhan tanpa keluahan sama sekali, berkat kalian, berkat bertemu kalian, aku jadi tahu bahwa semua manusia pasti akan mengalami masa sulit tapi tergantung kita mau tidak menutupi masa sulit itu dengan kebahagiaan dan tawa, ya walaupun tidak selamanya berpura pura itu baik tapi kan itu adalah pilihan terakhir” ucap Manda yang juga ikut curhat.

Mendengar semua cerita dari teman temannya, akhirnya Arya tahu bahwa yang sedang mengalami kesedihan bukan dirinya sendiri, namun hampir semua teman temannya mengalami permasalahan mereka sendiri, namun mereka selalu kelihatan bahwa mereka menikmati hidup terkesan seperti tidak memiliki masalah, padahal masalah teman temannya jauh lebih berat daripada maslaah yang ia jalani,

“yaudah, pokoknya kita ga boleh nyerah sama keadaan, suatu saat kita pasti akan bahagia kok” ucap Arya berusaha untuk menenangkan teman temannya.

Akhirnya setelah itu Arya pun jadi mau bermain bersama teman temannya. Meskipun Arya merasa tidak terbiasa dengan teriknya matahari dan bau tanah yang begitu menyengat tapi tak bisa di pungkiri bahwa Arya sangat menikmati suasananya.

Meskipun kini Arya sudah mau bermain bersama teman temannya bukan berarti ia membiarkan mama nya bekerja sendirian, Arya tetap masih membantu mama nya, setelah selesai membantu mamanya ia baru pergi bermain bersama teman temannya.

Persahabatan Arya bersama teman teman kelasnya semakin akrab, Arya baru menyadari bahwa anak anak kampung lebih tulus persahabatannya di bandingkan teman temannya yang ada di sekolah dulu, hal itu terbukti ketika mereka mengetahui Arya sedang kesulitan mereka tidak pergi meninggalkan Arya sendirian, mereka justru malah membantu  Arya.

Tak jarang teman teman Arya membantu mama Arya untuk membuatkan kue, mereka bahkan bersedia untuk membantu mama Arya pergi ke pasar membeli bahan kue, semuanya mereka lakukan dengan tulus dan tanpa pamrih sama sekali, hal itu tentu saja membuat Arya merasa sangat terharu dan berhutang budi kepada teman temannya.

Arya dan mama nya yang merasa tidak enak hati karena mereka selalu di bantu oleh teman teman Arya akhirnya mama Arya sering memberikan kue nya gratis kepada teman teman Arya, meskipun awalnya teman teman Arya menolak pemberian itu namun karena paksaan dari Arya, mereka pun akhirnya menerima pemberian dari mama Arya dan Arya sendiri.

Arya kini sudah merasa nyaman dengan hidupnya, ia tidak mengeluh sama sekali ia bahkan sudah belajar dengan sangat giat, padahal dulu Arya terkenal malas belajar dan Arya dulu hanya hobi nongkrong, kini perubahan sikap Arya sudah sangat drastis, kedua orang tua Arya pun merasakan bahagia karena anak mereka mau berubah dan menerima keadaan.

Ayah Arya sendiri sering merasakan capek karena menjadi supir angkot tidak semudah yang ia pikirikan tapi rasa capek itu sendiri hilang ketika ia melihat Arya yang begitu semangat untuk belajar dan Arya juga sering membantu mamanya.

“semoga keluarga kita membaik ya ma” ucap papa Arya di sewaktu malam, sebelum mereka tidur mereka sering bercerita satu sama lain,

“semoga ya mas, tau ga, sebenarnya dengan keadaan kita seperti ini ada sisi positifnya juga ya, dari kita yang dulu selalu sibuk dengan urusan kita masing masing dan Arya juga sibuk dengan dirinya, kita jadi jarang ngumpul dan kita juga tidak bisa memahami satu sama lain, namun sekarang semenjak kehidupan kita seperti, kita malah menjadi semakin dekat, kita juga selalu terbuka dan tidak egois, apalagi Arya, ia kini juga sudah banyak berubah, dari ia yang dulu keras kepala , kini ia sudah bisa berdamai, ia sudah mau menjadi anak yang baik, ia juga menerima semua teman teman nya dengan tulus dan ia sudah mulai nimbrung bersama teman teman nya selain itu Arya juga akhir akhir ini sering belajar, padahal dulu ia terkenal sangat malas padahal waktunya sudah ia gunakan untuk membantu aku bikin kue tapi ia masih menyempatkan diri untuk belajar” ucap mama Arya yang bercerita dengan  Ayah Arya,

“iy, aku juga merasa demikian, aku minta maaf ya jika dulu mungkin aku menjadi kepala keluarga yang belum baik tapi sekarang aku akan berusaha untuk menjadi lebih baik karena aku ingin kita hidup bahagia meskipun sekarang kondisi ekonomi kita belum stabil, aku ga akan berjanji bahwa kita akan kaya kembali, tapi aku berjanji untuk bekerja lebih keras lagi demi kalian” ucap Ayah Arya.

Setelah mereka puas bercerita satu sama lain, mereka pun terlelap kedalam mimpi mereka masing masing.

“Jadi gini, aku berencana untuk membuat club basket di sekolah kita, biar kita bisa bertanding dan keliatan keren gitu, kalian mau ga” ucap Arya, Arya menyampaikan idenya untuk sekolah nya, karena ia melihat bahwa sekolah mereka tidak memiliki ekskul basket, padahal basket sendiri adalah orang yang keren,

“kami si mau mau aja, tapi kan kami gapernah main basket, jangankan main basket, kami aja tidak tahu basket itu gimana cara mainnya” ucap salah satu teman Arya,

“masalah itu gampang, aku bisa ajarin kalian, yang terpenting kita harus mikirin cara gimana biar kepala sekolah mau membuka ekskul basket di sekolah kita, kan kalau di buka keren ya, kita adu tanding dengan sekolah sekolah lain” ucap Arya kepada teman kelas nya dan teman kelasnya merasa tertarik dengan ide Arya.

Akhirnya setelah mengumpulkan nyali mereka, mereka pun akhirnya memutuskan untuk menyatakan saran mereka kepada kepala sekolah, beberapa dari mereka termasuk Arya pun pergi ke ruangan kepala sekolah, karena diantara mereka yang mengerti tentang masalah basket hanya Arya, akhirnya Arya pun menjelaskan dengan detail tentang hal basket.

Akhirnya karena merasa tertarik dan percaya dengan apa yang di sampaikan oleh Arya akhirnya kepala sekolah pun bersedia untuk membuka ekskul basket terhadap sekolah mereka, dan akan mengusulkan untuk membuat lapangan basket di sekolah mereka, tentu saja ekskul ini akan di handle oleh Arya dan teman temannya, akhirnya teman teman Arya merasa senang karena sekolah mereka mengalami kemajuan.

“terima kasih ya arya, karena kamu mau membuat sekolah ini menjadi lebih maju melalui saran dan ide kamu, bapak juga melihat rekap prestasi kamu, dan kamu sangat berprestasi di bidang olahraga basket, semoga kamu bisa mengayomi teman teman kamu ya nak” ucap kepala sekolah kepada Arya.

Arya pun mengucapkan terima kasih dan ia mulai menjalankan idenya.

“sekolah kita pasti akan menjadi sekolah yang baik, meskipun di kampung, kita harus bisa menunjukan bahwa kita juga memiliki potensi yang luar biasa” ucap Arya kepada teman teman kelasnya, akhirnya mereka pun semuanya bekerja sama satu sama lain.

Semua kegiatan yang di lakukan Arya di sekolahnya, ia ceritakan kepada mama dan ayah nya, ia juga bercerita bahwa ia di percaya oleh kepala untuk melatih para siswa bermain basket, mendengar hal itu tentu saja kedua orang tua Arya merasa bangga terhadap Arya, mereka tidak menyangka jika anak mereka itu kini sudah tumbuh menjadi anak yang cerdas.

Arya pun kini begitu semangat melatih para teman teman nya untuk bermain basket, meskipun teman teman Arya mengalami kesususahan di awal namun perlahan lahan mereka mulai bisa bermain basket, Arya pun merasa senang karena ia sudah berhasil mengajarkan teman temannya dengan baik.

Sesekali kepala sekolah memberikan dukungan kepada mereka dengan melihat mereka saat berlatih basket, melihat Arya yang begitu lihai dalam permainnya membuat kepala sekolah merasa bangga kepada Arya, karena selama ini di sekolah mereka tidak ada orang yang sejago Arya dalam bermain basket.

Para siswi yang melihat Arya begitu jago dalam bermain basket pun sontak mereka menjadi penggemar Arya, mereka selalu mencari cara untuk mendekati Arya, tapi Arya hanya tersenyum kepada mereka dan Arya tidak meladeni mereka, karena memang saat ini Arya belum berpikir untuk mencari pasangan.

Setelah berlatih dengan sangat keras, akhirnya Arya dan teman teman nya pun mulai berani mengikuti perlombaan dan sparing, pertama tama mereka memang tidak mendapatkan juara, bahkan mereka selalu kalah, tapi mereka tidak menyerah, bukannya merasa sedih mereka justru semakin keras dalam berlatih, mereka mencoba untuk memperbaiki apa yang menjadi kekurangan mereka dan mereka yakin bahwa mereka bisa menjadi hebat, sifat pantang menyerah mereka membuat Arya juga turut berapi api dalam melatih mereka.

Akhirnya setelah berlatih dengan sangat keras, klub mereka pun mulai memenangkan beberapa perlombaan, dan ternyata seiring berjalannya waktu, sekolah mereka menjadi sekolah negeri yang memiliki klub basket yang terbaik, hal itu tentu saja membuat kepala sekolah merasa bangga dan kepala sekolah juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada Arya karena semua ini memang berkat Arya yang mengusulkan idenya itu.

Ternyata hidup Arya bukan hanya tentang sedih belaka, dan menurut Arya kebahagiaan juga bukan tentang uang belaka, dengan pencapaian yang sudah ia dapatkan sekarang membuat Arya merasa sangat bangga terhadap dirinya sendiri.

Baru kali ini selama hidupnya Arya merasa bahwa ia berguna untuk orang lain, Arya baru menyadari bahwa sukses sendiri bukan ketika ia memiliki segalanya tapi ketika ia bisa mengajarkan hal yang ia miliki kepada orang lain.

Arya menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya, Arya selalu bercerita mengenai kesehariannya ketika berada di sekolah, kedua orang tua Arya  juga merasa sangat bangga terhadap Arya, mereka yakin jika kelak Arya akan menjadi anak yang sukses karena Arya adalah tipe anak yang mau belajar dan pantang menyerah.

DAAMMMM..!! Arya terbangun dari mimpinya, ia syok karena ia berada di kamarnya yang masih sama dan mewah, “kok aku ada di sini?” tanya Arya kepada dirinya sendiri dengan kebingungan, setelah mengumpulkan nyawa nya dengan sempurna, ia baru menyadari bahwa ternyata semuanya hanya mimpi, ia baru saja bermimpi bahwa keluarga nya mengalami bangkrut, hal itu pun membuat Arya merasa setengah percaya, Arya melamun di kamar nya, ada banyak hal yang ia pertanyakan hingga akhirnya datanglah seseorang,

“mas, mau pakai motor atau mobil hari ini, biar ayah panasin” ucap Ayah Arya kepada diri nya dan Arya juga masih merasa tidak percaya bahwa keluarga mereka utuh dan tidak mengalami kebangkrutan sama sekali,

“maasss” ayah Arya kembali memanggil anaknya karena anaknya sedari tadi tidak bersuara, akhrinya Arya pun berkata,

“gausah yah, biar nanti Arya panasin sendiri, ayah engga ke kantor??” tanya Arya kepada ayahnya, ia ingin meyakinan dirinya bahwa ia sekarang sedang berada di kehidupan nyata,

“engga, ini kan hari minggu, tumben kamu nanya” ucap ayah Arya yang merasa heran dengan anaknya itu,

“gapapa yah” ucap Arya,

kemudian ayahnya meninggalkan dirinya sementara Arya bergegas untuk membersihkan dirinya dan bersiap siap untuk turun kebawah dan sarapan.

“Pagi ma, yah” ucap Arya ramah, kedua orang tuanya  pun saling bertatapan, mereka merasa ada yang aneh dengan Arya.

Arya adalah anak yang kasar dan egois, hari ini entah apa yang membuat dirinya menjadi ramah dan lembut, padahal ketika ia mengingikan sesuatu pun pasti ia akan meminta dengan tanpa dosa tidak selembut sekarang,

“kenapa, kalian kok melihat ku seperti itu?” tanya Arya kepada kedua orang tuanya,

“gapapa, kamu kesambet apaan” tanya mama Arya kepada Arya,

“gapapa ma, oh iya nanti mama mau ke pasar ga? Kan mau bikin kue” tanya Arya.

ia masih belum menyadari bahwa semuanya hanya terjadi di mimpi nya bukan di dunia nyata, kedua orang tua Arya mengerut dahi mereka, mereka merasa heran dengan anaknya itu,

“kuee? Pasarr? Haaah?” mama Arya dengan nada heran bertanya kembali kepada Arya,

“OMG, aku lupaaa, engga engga sorry ma” ucap  Arya kepada mama nya, mereka pun kembali sarapan,

“kamu hari ini mau kemana? Pasti mau nongkrong sama Ferdi kan, kamu hati hati loh jangan sering sering bergaul sama dia, takutnya kamu terpengaruh dengan hal hal negatif” ucap papa Arya yang berusaha menasehati anaknya,

“engga kok pa, aku hari ini mauu, gatau mau kemana, mama mau kemana hari ini?” tanya Arya kepada mamanya

Mama Arya bingung karena hari ini anaknya sangat berbeda.

“kamu mau ikut mama? Tumben banget kamu, kenapa kamu, kamu engga lagi mabok kan?” tanya mama kepada Arya karena ia merasa bahwa sikap anaknya sangat berbeda dari sebelumnya,

“naah, jangan jangan kamu mabok ya, semalam kan sudah ayah bilang jangan pergi minum minum ga jelas, kamu ijinnya ke kafe tau tau kamu minum, sering banget loh kamu seperti itu, tobat lah nak, ini kalau kamu kayak gini yang rugi kamu sendiri loh bukan Ayah sama mama”

ucap papa Arya yang berusaha menasehati anaknya, karena mereka memang tidak mengetahui apa yang terjadi kepada anak mereka sebenarnya.

“haah, mabok? Aku engga mabok, kenapa kalian malah menuduhku sih, aku kan tidur semaleman” ucap Arya mencoba menjelaskan kepada kedua orang tuanya,

“kalau kamu ga mabok kenapa hari ini kamu bertingkah sangat aneh, atau jangan jangan kamu nyabu yaa” ucap mama Arya yang mulai negatif thingking kepada anaknya sendiri,

“mama nih yang udah ga waras lagi, nuduh anaknya aneh aneh, lagian kalau aku narkoba aku bukan berubah menjadi lebih lembut tapi aku pasti akan lebih uring uringan” ucap Arya kepada mamanya, kedua orang tua Arya pun berpikir kemudian mereka pun setuju dengan apa yang di katakan oleh Arya.

“Yasudah kalau begitu, kamu mau kemana, hari ini kita liburan bareng yaa, ke ancol mau?” tanya ayah Arya kepada Arya,

“boleh boleeh, yeessss” ucap Arya, kedua orang tua Arya di buat heran dengan anak nya, padahal biasanya Arya sangat tidak mau pergi bersama kedua orang tua nya, kemanapun kedua orang tua nya berlibur ia tidak peduli dan tidak berniat untuk ikut, tapi sekarang ia nampak antusias,

“kalian kenapa sih, kayak ada yang aneh” ucap Arya kepada kedua orang tuanya, Arya sengaja belum mau memberitahu kepada kedua orang tuanya kalau ia semalam bermimpi tentang sebuah hal yang menyadarinya.

Akhirnya Arya pun pergi bersama kedua orang tuanya, hal itu tentu saja membuat kedua orang tua Arya merasa heran tapi di sisi lain mereka juga merasa senang karena mereka sudah lama menunggu momen seperti ini, momen di mana Arya mau ikut bersama mereka adalah sebuah momen langkah, jangankan untuk pergi bersama, untuk melihat Arya lembut kepada mereka pun mereka hampir tidak pernah.

Akhirnya setelah merasakan bahwa momen sudah pas, Arya pun menceritkan kepada kedua orang tua na bahwa ia semalam bermimpi bahwa keluarga mereka mengalami bangkrut dan Arya beserta keluarga nya harus tinggal di lingkungan kumuh dan kehidupan Arya berubah drastis, namun pada akhirnya Arya bisa berdamai dengan dirinya sendiri, mendengar penjelasan Arya kedua orang tua Arya pun tertawa, tapi disisi lain mereka merasa bahagia karena dengan mimpi tersebut kini Arya sudah berubah menjadi lebih baik.

Akhirnya selain menceritakan apa yang ia alami, Arya juga memberanikan diri untuk meminta maaf kepada kedua orang tuanya,

“ma, yah, Arya minta maaf ya jika selama ini Arya  selalu kasar kepada kalian dan Arya selalu menuntut semua keinginan Arya harus terpenuhi tanpa memikirkan Ayah yang selalu bekerja keras demi Arya, ma Arya juga minta maaf karena dari dulu Arya selalu ngelawan mama, tapi dari mimpi itu Arya belajar banyak hal, karena Arya sadar bahwa apa yang kita miliki memang bersifat sementara, dan kini Arya pun ingin merubah pergaulan Arya, Arya akan mengurangi nongkrong dan Arya akan lebih banyak stay di rumah” ucap Arya kepada kedua orang tuanya membuat kedua orang tua Arya merasakan terharu.

Mereka sungguh tidak menyangka bahwa tuhan mempunyai rencana untuk menyadarkan anak mereka itu, padahal Arya adalah anak yang sangat egois tapi ternyata tuhan masih mampu menyadari Arya.

Dua bulan berlalu, awalnya kedua orang tua Arya menyangka bahwa anak mereka  hanya berjanji saja lalu kemudian ia akan menjadi seperti semula, namun Arya  ternyata benar benar berubah, kini ia sudah menjadi anak yang lebih baik, ia juga mulai mendengarkan semua nasehat dari orang tuanya, Arya juga sering membantu mamanya ketika berada di rumah. Tentu saja kedua orang tua Arya  merasakan bersyukur karena Arya sudah menjadi pribadi yang lebih baik.

“ma, Arya kan lagi libur, Arya boleh ga minta sesuatu” ucap Arya  kepada mamanya,

“apa tuh” tanya mama Arya penasaran,

“arya mau pergi ke kampung nenek, Arya pengen ngeliat petani dan rakyat kecil di sana ma” ucap Arya membuat mama nya merasakan kaget,

"tumben kamu” tanya mama Arya,

“emang salah?” tanya Arya kembali kepada mamanya,

“engga salah si tapi kan biasanya kamu lebih memilih pergi bersama teman teman mu entah kemana gitu, ke Singapore atau kemana” ucap mama Arya,

“emang salah, kalau mau merasakan hal yang berbeda? Lagi pula tahun ini Arya  tidak ikut mereka ma, Arya juga sudah sedikit demi sedikit menjaga jarak ke mereka, karena Arya tau kalau berteman dengan mereka juga tidak ada sisi positifnya” ucap Arya kepada mamanya,

“ya allah, akhirnya anak ku sadar juga” ucap mama Arya merasa bersyukur,

“gausah lebai aah ma, jadi ini di izinin gaaa?” tanya Arya kepada mamanya,

“kalau dari mama si setuju setuju aja, tapi balik lagi, kamu tanya ayah ya, semua keputusan di tangan ayah, kalau mama izinin tapi Ayah ga izinin kan sama aja ga bisa pergi” ucap mama Arya kepada Arya,

“biasa nya kalau mama ngizinin, ayah juga pasti akan izinin, dia kan suami penurut, entah penurut entah sayang entah takut Arya ga tau yaaa hahahah” ucap  Arya menggoda mamanya,

“kayaknya ada gosip ya, seru banget, kok ga ngajak” ucap ayah  Arya yang ternyata sudah pulang dari tadi,

“eehh ayah, hahaha, pasti nguping, jadi gimana ayah izinin ga?” tanya Arya  kepada ayahnya tanpa basa basi lagi, karena ayah  Arya sendiri sudah pasti mendengarkan pertanyaan Arya,

“kalau mau pergi yauda pergi aja, tapi hati hati ya, terus sampai sana kabarin, kamu jangan bikin repot nenek kakek, mereka udah tua. Sama kamu jangan sering ngagetin kakek dia kan ada sakit jantung nanti repot lagi” ucap ayah Arya yang mengizinkan Arya untuk pergi,

“beneran yah?” tanya Arya dengan nada tidak percaya,

“kamu kan kalau ga di izinin juga tetap ngotot kan?” ucap ayah  Arya yang kembali menggoda Arya.

Akhirnya, Arya pun mengendarai mobil nya menuju kampung nenek dan kakeknya, ia sengaja tidak memberitahu nenek dan kakeknya jika dia akan berkunjung disana, ia sengaja ingin memberi kejutan karena sudah lama sekali Arya tidak berkunjung kesana.

Sesampainya disana Arya pun merasa sangat tenang dan damai, karena suasana di perdesaan memang sedari dulu tidak banyak berubah,

“nenek, kakek” ucap Arya ketika berada di depan rumah nenek kakeknya.

Ketika membuka pintu, kakek dan nenek Arya pun kaget karena mereka tidak menyangka jika Arya akan datang ke rumah mereka, dan kini Arya sudah sangat besar,

“arya, cucuku sudah besar sekarang ya” ucap kakek Arya dengan teharu karena ia sudah sangat merindukan cucunya  itu, Arya pun memeluk kakek dan neneknya dengan erat dan ia berbagi cerita dengan nenek kakeknya.

Ketika sore hari Arya pun keliling kampung, ia melihat banyak sekali para petani sedang berada di sawah, Arya pun membantu mereka bekerja, tentu saja mereka sangat senang dengan bantuan Arya pekerjaan mereka menjadi lebih ringan, kakek nenek Arya yang melihat cucu nya tumbuh menjadi anak yang baik pun membuat mereka merasa bangga dan opini mereka tentang kedua orang tua Arya yang gagal mendidik anak mereka pun terbantahkan dengan sikap Arya yang sangat baik. Akhirnya Arya pun bisa hidup dengan damai bersama dengan semua suasana yang ada dan kini Arya juga tidak pilih pilih dalam berteman.